"Aksi hacking yang menimpa Hollywood (Sony Pictures) hanyalah awal cyber attack skala besar yang ditujukan pada perusahaan di tanah Amerika," tulis FBI dalam laporannya.
Amerika memang diklaim menjadi sasaran terbaru cyber attack setelah dua kawasan lainnya, yaitu Asia dan Timur Tengah.
Menurut Gizmodo (01/12), FBI menyatakan bila perusahaan-perusahaan besar Amerika harus terus waspada terhadap kemungkinan aksi hacker skala besar yang akan menimpa mereka, termasuk kelahiran virus-virus baru yang dapat membuat hacker melancarkan cyber attack masif.
Saking bahayanya, para pengamat memprediksi bila virus-virus yang akan disebar oleh hacker dapat merusak data atau mengambil alih data yang ada di hard disk serta mencegah sebuah komputer untuk booting. Dengan begitu, para hacker bisa terus mengambil data dari komputer yang menjadi targetnya.
FBI pun akhirnya menyarankan bagi perusahaan yang menerima serangan cyber attack untuk segera menghubungi mereka agar tindakan awal terbaik bisa segera diambil. Hal ini juga dapat membantu FBI mencegah terjadinya kerusakan sistem lanjutan yang dapat menyebar ke seluruh jaringan server Amerika.
"FBI secara rutin menasihati perusahaan swasta akan bahaya berbagai macam ancaman dunia maya yang kami temukan saat investigasi. Kami juga memberikan data untuk mereka agar sistem jaringan perusahaannya bisa lebih mengenal ancaman yang mungkin muncul," ujar salah satu juru bicara FBI.
Serangan besar-besaran hacker terhadap sistem keamanan komputasi Sony Pictures mendorong Federal Bureau of Investigation (FBI) untuk turun tangan. Pasalnya menurut FBI, serangan cyber yang menimpa Sony Pictures sudah masuk ke dalam kategori sangat berbahaya dan tidak menutup kemungkinan dapat meluas ke sektor yang lebih penting.
Dengan kondisi ini, pihak FBI mengimbau para perusahaan untuk waspada terhadap berbagai jenis serangan cyber. Mereka bahkan telah menyebarluaskan laporan hasil investagisai setebal lima halaman untuk dibagikan ke perusahaan-perusahaan lain.
Di dalam laporan tersebut, FBI mengklaim telah mengidentifikasi jenis malware yang digunakan hacker untuk membobol sistem komputasi Sony Pictures.
Meski tak diungkap secara rinci, namun pihak FBI menyebutkan jika jenis malware ini sebelumnya sudah pernah digunakan untuk menyerang sejumlah perusahaan besar di Korea Selatan Timur Tengah. Demikian seperti yang dilaporkan laman Reuters, Selasa (2/12/2014).
Saudi Aramco, salah satu perusahaan minyak besar asal Arab Saudi diinformasikan juga pernah menjadi korban serangan cyber serupa. Saat itu sekitar 30 ribu PC milik Saudi Aramco terinfeksi malware dan data-data penting perusahaan berhasil dicuri.
Sejauh ini Guardian of Peace (GOP), ditengarai sebagai kelompok hacker yang bertanggung jawab atas peretasan ini. Laman Times menjelaskan bahwa pihak GOP mengakui aksi mereka dibantu oleh orang dalam Sony Pictures.
GOP juga sebelumya telah mempublikasikan daftar file yang berhasil mereka curi dari jaringan komputer Sony Pictures. Beberapa di antaranya adalah salinan digital dokumen passport dan visa sejumlah selebriti ternama seperti Angelina Jolie dan Cameron Diaz, lebih dari 700 dokumen berisi password, 179 arsip email Outlook milik eksekutif dan staf IT, serta dokumen berisi anggaran film
sunber: http://www.merdeka.com/teknologi/amerika-akan-dilanda-serangan-hacker-besar-besaran.html
http://tekno.liputan6.com/read/2141581/fbi-temukan-malware-milik-hacker-pembobol-sony-pictures
0 komentar:
Posting Komentar