NAZI Mengejar Tausendjahridges Reich

Kedigdayaan Nazi adalah fenomena tersendiri bagi Jerman, Eropa, dan dunia. Di bawah kepemimpinan Hitler, Nazi bak panzer Jerman. Menguasai negara sekitar dan menumbangkan siapa saja yang merintangi perjuangannya, tak terkecuali Presiden Paul von Hindenburg yang amat berkuasa. Terlepas dari faktor Hitler, Nazi sendiri bukanlah partai politik biasa. Mereka misalnya punya juru propaganda tersendiri yang mahir mempengaruhi orang.
Untuk melapangkan jalan perjuangan partai, Nazi juga punya satgas -satgas khusus yang sanggup menekan siapa saja dan menguasai taktik sabotase. Cakupan visi partai bahkan tak hanya sebatas Jerman, melainkan hingga ke seluruh daratan Eropa. Pada awalnya banyak pihak meragukan kemampuan partai ini. Namun, semua terdiam ketika hanya dalam 12 tahun kekuasaannya, mereka berhasil menguasai hampir seluruh kontinen Eropa. Berikut profil partai yang telah mengunyah habis butir-butir Perjanjian Versailles 1919, memusnahkan etnis Yahudi, dan sempat membangkitkan kembali kejayaan Holy Roman Empire atau Imperium Jerman Kuno.
Meski harus dilakukan secara keras dan curang, apa yang diperjuangkan Nazi toh berhasil meraih dukungan ‘ dari sebagian besar rakyat Jerman. Itu karena baik visi maupun langkah yang mereka lakukan cukup mengena di hati berbagai lapisan masyarakat yang kala itu memang tengah hidup sulit akibat depresi ekonomi dan terhina akibat kalah dalam Perang Dunia I.
Visi atau cita-cita dari partai politik yang satu ini tak panjang namun megalomaniak. Jika diringkas dalam satu untaian kata-kata yang sederhana, mereka ingin membangkitkan kembali kejayaan Kekaisaran Jerman Kuno hingga seribu tahun. Atau, dalam istilah Jerman pada masa itu: Tausendkihriges Reich.
Hitler yakin kata-kata itu bisa mengena di hati rakyat Jerman, membangkitkan semangat hidup, dan bisa menjadi fokus perjuangan bersama. Dan, pada kenyataannya memang demikian yang terjadi.
Keyakinan itu berkobar karena sebagian besar rakyat Jerman pada kenyataannya memang sudah bosan hidup belasan tahun terpuruk akibat kekalahan dalam Perang Dunia I. Pada bagian lain dalam edisi koleksi ini disinggung bagaimana hebatnya tekanan yang dilancarkan AS, Inggris, serta sekutunya lewat Perjanjian Versailles yang ditandatangani Pemerintah Weimar pada 1919.
Perjanjian ini diantaranya mengharuskan Jerman membayar ganti-rugi dan kompensasi atas seluruh kerusakan yang terjadi di berbagai negara, menyerahkan semua wilayah koloni, dan menekan kekuatan angkatan perangnya hingga batas yang paling lemah Sebagai bangsa Nordic, mereka merasa diperlakukan tak selayaknya dan benar-benar dipermalukan.
Setelah berlangsung bertahun-tahun, keadaan sosial-ekonomi di Jerman terkena :mbasnya. Inflasi melambung dan Jerman :trlanda depresi ekonomi yang sangat hebat. Hitler yang nasionalis dan memiliki obsesi membangun kembali Jerman menganggap permasalahan tersebut sebagai peluang .untuk “memperkenalkan” Nazi.
KOPRAL HITLER - Adolf Hitler, si anak muda yang takut perang berubah setelah berdomisili di Jerman. Pemuda Austria ini masuk ke dins militer Jerman hingga berpangkat kopral. la ikut dalam PD I, mendapatkan iron cross dan sempat terluka akibat semburan senjata gas musuh. Tampak Adolf Hitler paling kiri dengan tanda silang.
Ia, pertama, tak menyia-nyiakan permasalahan tersebut sebagai motif perjuangan Nazi yang pasti akan didukung rakyat Jerman. Kedua, ia bisa mengkambinghitamkan banyak pihak untuk kemudian merebut simpati rakyat Jerman. Kambing-hitam itu di antaranya adalah kaum komunis dan warga Yahudi yang dianggap sebagai penghianat. Namun, jika ia tak bisa membuktikan diri mengubah keadaan, namanya dan pamor partai politik ini juga akan jatuh.
Sejarah mencatat, Hitler yang hanya mantan kopral Angkatan Darat Austria ternyata berhasil melakukannya. Meski untuk itu memang harus membuat Nazi lebih dulu kuat, cerdik, dan kebal serangan dari berbagai lawan politiknya. Termasuk upaya penjegalan yang dilakukan Presiden Paul von Hindenburg yang secara pribadi tak menyukai prilaku Hitler.
Untuk itu Nazi misalnya saja berkolaborasi dengan sejumlah satgas mirip angkatan perang dan kepolisian yang bisa melibas berbagai pihak yang merintangi perjuangannya. Mereka adalah SA (Sturmabteilung), yang kemudian diubah menjadi SS (Schutzstaffel), dan Gestapo alias polisi rahasia bentukan Nazi. (Lihat boks)
PARTAI BURUH
Nazi, Jerman, dan Hitler selanjutnya bersimbiosis. Eksistensi mereka mulai merekah setelah lewat pemilu yang demokratis Hitler terpilih sebagai kanselir pada 1933. Nazi menjadi besar karena Hitler. Dengan Hitler, Nazi selanjutnya bisa menguasai Eropa. Tetapi, Hitler pun tak akan berarti apa-apa tanpa partai politik yang satu ini. Tanpa sebuah kesatuan, masing-masing bukanlah apa-apa.
HITLERJUGEND - Kehebatan Hitler dalam mempropaganda semua lapisan masyarakat perlu mendapat acungan jempol. Tidak hanya kaum birokrat, tetapi juga rakyatrakyat jelata dan anak muda. Hitler membentuk kesatuankesatuan organisasi tersendiri seperti Hitlerjugend untuk kelompok anak muda.
Lewat suara pendukung-pendukungnya yang ada di Nazi pula, banyak pihak ingat betul, betapa sang Fuhrer bisa sekaligus menduduki kursi presiden tak lama setelah Paul von Hindenburg meninggal pada 1934. Proses ambil alih kekuasaan ini begitu unik, karena Hindenburg telah membentengi kursi tertingginya dengan kronikroninya. Di antara yang dijagokan adalah Jenderal Kurt von Schleicher dan mantan kanselir Franz von Papen.
Tampak dalam foto betapa antusias anak-anak muda ini berada dibawah naungan Nazi.
Sejak itu Nazi melaju bak panzer Jerman mengakomodir seluruh keinginan Hitler membangun Reich Ketiga (Drittes Reich). Reich Pertama adalah Heiliges Komisches Reich, berjaya sejak abad 18 hingga 1806. Sedang Reich Kedua adalah Kekaisaran Jerman, berjaya antara 1871 hingga 1918.
Nazi sendiri awalnya hanyalah cabang dari sebuah komite atau perkumpulan yang diberi nama Freier Ausschuss fur einen deuschen Arbeirfrieden atau Komite Pembebasan untuk Perdamaian Pekerja Jerman. Induk organisasi ini didirikan di Bremen pada 1918, sementara Nazi berakar dari salah satu cabang yang dibentuk Anton Drexler di Bremen pada tahun yang sama.
Meski mayoritas anggotanya bukan dari kalangan atas, pertemuannya selalu ramai. Pasalnya, buruh mana pun bebas berbicara dan curhat di sini. Cabang komite ini lalu dikembangkan menjadi Deutsche Arbeiterpartei atau Partai Buruh Jerman pada 1918 oleh Drexler, Gottfried Feder, Dietrich Echart, dan karl Harrer.
Karena vokal dan menyerang kebijakan pemerintah, partai yang kemudian dikembangkan menjadi Partai Buruh Jerman Nasional-Sosialis atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) ini kerap diawasi intel AD Jerman. Apalagi setelah Pemerintah Weimar bersedia menandatangani Perjanjian Versailles pada 1919.
Pengawasan justru berbalik jadi bumerang tatkala angkatan darat menyusupkan intel muda kurus berkumis lucu bernama Adolf Hitler. Ia bukannya memata-matai, tetapi malah ikut tampil berorasi. Rasa nasionalis-nya yang kuat dipadu dengan gaya orasinya yang lain dari lain (berapi-api) justru membuat partai ini menarik perhatian banyak orang, dan tumbuh menjadi partai yang kuat. Dari yang semula hanya puluhan, lalu menjadi 500-an, untuk selanjutnya dalam waktu singkat berkembang lebih dari itu.
Sadar bahwa dirinya merupakan orator yang dikagumi, Hitler sempat mengusulkan nama Partai Revolusioner Sosialis. Namun, nama ini ditolak. Pimpinan partai tetap menghendaki partai ini bernama NSDAP merujuk organisasi serupa di Austria. Sejak itulah Hitler, yang tak suka keinginannya ditolak, berencana mengambil-alih kepemimpinan, lalu merombak partai menurut seleranya. Ia berhasil melakukannya pada 29 Juli 1921, yang lalu membuat partai ini menjadi radikal dan evolusioner.
Kedua sifat liar tersebut makin menonjol setelah Nazi merangkul pasukan pengejut Sturmabteilung bentukan Hans Ulrich Klintzs ch. Saat dipimpin oleh Ernst Rohm, pasukan ini kerap mengintimidasi, menebar ketakutan, dan melancarakan tindak kekerasan kepada para lawan politiknya. Pada 1921 itu juga Nazi berhasil menguasai seluruh Munich di Bavaria.
Namun, tak seluruh gebrakan berbuah hasil. Mereka pernah menuai bencana tatkala berusaha mengambil alih pidato pimpinan Bavaria, Gustav von Kahr, pada 1923, di Gedung Beer Hall. Gara-gara tampil di podium menyerukan revolusi nasional sambil menembakkan pistol ke atas, otoritas Munich maju dan mengepung Hitler dan teman-temannya. Insiden yang kemudian menewaskan beberapa anggota Nazi ini terkenal dengan sebutan Beer Hall Putsch.
Namun insiden tersebut justru menjadi titik nadir bagi popularitas Hitler dan Nazi. Di dalam penjara, is berhasil menulis buku Mein Kampf, yang kemudian menjadi kitab suci di Jerman.
Propaganda dan cuci otak
Semasa penahanan Hitler, Nazi sempat meredup. Namun, pasca penahanan, popularitas Nazi (setelah dilahirkan kembali pada 1925 ) bisa kembali memuncak terutama setelah Hitler melancarkan propaganda bertajuk Tausendjahriges Reich-nya. Kata “Reich” is cuplik daribukukaranganpenulis konservatif Arthur Moeller van den Bruck pada 1922.
Propaganda ini begitu tajam dan membius. Propaganda ini secara sistematik ditujukan untuk menghancurkan kekuasaan Pemerintah Weimar yang dianggap bertanggung-jawab menandatangani Perjanjian Versailles 1919. Sala satu juru propaganda Nazi yang terkenal saat itu adalah Dr Joseph Goebbels, yang karena kehandalannya mempengaruhi orang lalu diangkat menjadi Menteri Propaganda.
Tentang kebolehannya “mencuci otak”, Goebbels pernah berkata, “Propaganda itu akan diterima dengan baik oleh rakyat manakala disampaikan secara populer sesuai dengan daya serap rakyat dari tingkat intelektual paling rendah sekalipun.”
Untuk menjamin kelanggengan Nazi dan pemerintahannya, dengan trampilnya Hitler menempatkan para loyalis dan orang-orang yang tepat dalam organisasi ini. Orang-orang pilihan ini biasa disebut Gauleiters. Kehadiran mereka makin merasuk ke berbagai lapisan masyarakat terutama setelah Hitler berhasil merebut kekuasaan di Jerman (1932) dan Nazi menjadi partai terbesar di Reichstag atau parlemen. (Lebih jauh tentang loyalis itu, lihat Organisasi Nazi).
MUNICH PUTSCH - Foto ini diambil ketika tragedi Munich Putsch. Tampak kedua dari kid adalah Rudolf Hess. Sementara Heinrich Himmier tampak sedang memegang bendera.
Politik cuci otak Nazi sendiri lazim dikenal dengan sebutan Gleichschaltung, yang dalam bahasa Inggris berarti sinkronisasi. Efektivitas Gleichschaltung menjadi lebih tajam setelah Hitler membentuk kelompok-kelompok pengawasan secara tersegmentasi. Misalnya saja Hitleriugend untuk anak usia 10-18 tahun, Bund Deutchser Madel untuk anak gadis, Kraft durch Freude untuk kaum buruh dan lainnya Langkah ini demi memastikan, kelompokkelompok dimaksud terawasi secara baik dan tidak keluar dari ajaran Nazi.
Proses cuci otak tersebut mulai terasa hasilnya pada tahun 1938. Kala itu unsurunsur legislatif dalam pemerintahan Jerman, mulai dari pusat hingga ke daerah, bisa dikuasai oleh para Gauleiters. Penguasaan sektor-sektor pengambil keputusan ini dilakukan agar semua kebijakan pemimpin Partai Nazi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Para Gauleiters umumnyabertanggung jawab di daerah dimana dia ditempatkan. Selain Joseph Goebbels (untuk wilayah Berlin), para Gauleiters Nazi yang juga terbilang handal, adalah Franz Ritter von Epp (Bavaria Atas), Julius Streicher (Franconia), Karl Hanke (Silesia Bawah), Adolf Wagner (Bavaria Bawah), Robert Ley (Rhineland Selatan, Baldur von Schirach (Wina), dan Hans Frank (Polandia).
Secara luar biasa mereka bisa menanamkan di benak rakyat Jerman, bahwa Nazi adalah satu-satunya partai politik yang boleh berdiri dan Nazisme adalah satu-satunya ideologi yang hams dianut. Nazi kemudian menyensor seluruh media massa, buku-buku, dan lainnya. Semua hal yang bertentangan segera dimusnahkan. Buku-buku yang tidak seajaran dengan faham Nazisme dibakar. Mereka amat represif terhadap segala hal yang berpotensi menimbulkan pembangkangan. Pengawasan juga dilakukan terhadap pelajaran yang diberikan guru-guru di sekolah. Sebaliknya, mereka memaksakan kecintaan kepada Nazi secara terus menerus. Akibatnya, para siswa tertuntun untuk turut menyensor semua hal yang bertentangan dengan ajaran Nazi.
Politik danindoktrinasi tersebut tentumemakan korban. Selama 12 tahun kekuasaan Nazi, paling tidak tercatat sebanyak 11 juta orang disiksa dan terbunuh.
Mereka umumnya adalah kaum minoritas (Yahudi, Gipsy, Slavia), lawan politik (dari kaum liberal, komunis), dan kaum yang menyimpang (orang cacat, homoseksual). Namun begitu, Hitler dan Nazi sanggup membayar seluruh kepedihan tersebut dengan merealisasikan seluruh janji yang pernah diumbar di muka. Yakni, membangun kembali kejayaan Imperium Jerman Kuno (Holy Roman Empire) yangpemahberkuasa di Eropa sejak abad 18 hingga 1918, dan menaikkanharkat rakyatnya sebagai ras Arya — ras superioritas di dunia.
Dalam 12 tahun kekuasaannya, Nazi dan angkatan perangnya berhasil merebut hampir seluruh wilayah daratan Eropa, kecuali Swiss, Spanyol, Liechtenstein, Swedia, Portugal, Andorra, Vatikan, dan Pegunungan Ural. Namun, mereka talc sanggup mengembangkannya lebih jauh, bahkan hingga seribu tahun yang dicitacitakan itu. Pada tanggal 30 April 1945, setelah pasukan Jerman terdesak hingga ke Berlin, Hitler menyerah dengan cara bunuh diri. Sejak itu, tamatlah seluruh kekuatan Nazi dan proyek Reich Hingga Seribu Tahun (Tausendjahridges Reich)- nya. (ron/adr)
sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/2011/09/03/2370/
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system

Ad Inside Post