Sebuah Kisah Pemberontakan Guy Fawkes



Apabila Anda termasuk orang yang sering mengikuti perkembangan seputar teknologi dan aksi peretasan, setidaknya Anda mengetahui sedikit banyak informasi tentang hacktivist Anonymous. Namun, tahukah Anda kenapa kelompok hacktivist ini menggunakan topeng Guy Fawkes?

Selain menggunakan simbol seseorang tanpa kepala yang berpakaian lux atau menggunakan setelan tuxedo hitam serta dasi dan kemeja putih, hacktivist Anonymous identik dengan sebuah topeng yang dinamakan Guy Fawkes mask atau topeng Guy Fawkes.

Siapa Guy Fawkes itu dan kenapa kelompok hacktivist satu ini selalu menggunakan topeng tersebut sebagai simbol?

Guy Fawkes atau juga yang memiliki nama asli Guido Fawkes ini adalah seorang prajurit Inggris dan juga salah sorang anggota dari misionari Katolik yang menentang pemerintahan Inggris yang waktu itu dikuasai oleh orang-orang gereja pemeluk Protestan.

Guy Fawkes yang lahir pada tanggal 13 April 1570 ini sejak kecil dan mendapatkan pendidikan dasar di York, Inggris. Ketika dia menginjak usia ke-8 tahun, Fawkes ditinggal mati ayahnya dan ibunya menikah lagi dengan salah seorang pemberontak Katolik. Sejak itulah Fawkes memeluk Katolik.

Di usianya yang sangat muda, Fawkes ikut berperang dalam Eighty Years' War bersama dengan orang-orang Katolik Spanyol melawan orang-orang Protestan Belanda.

Ketika dia mencoba untuk pergi ke Spanyol untuk meminta bantuan dari para pemberontak Katolik di Spanyol, ternyata usahanya tidak membuahkan hasil. Saat itu, dia berkenalan dengan Thomas Wintour, seorang pemberontak dan penganut Katolik yang taat, yang kemudian mengajaknya kembali ke Inggris. Dari perkenalan itulah, semua sejarah Fawkes mulai tercatat bahwa ada sebuah rencana kudeta dengan menghancurkan gedung parlemen dan membunuh raja.
 Sekembali ke Inggris, Wintour memperkenalkan Fawkes ke beberapa orang kelompoknya. Salah seorang dari orang-orang yang dikenalkan oleh Wintour bernama Robert Catesby.

Dikarenakan ketidaksukaan masyarakat Katolik terhadap pemerintahan Protestan, maka Catesby mengutarakan satu idenya untuk meledakkan gedung parlemen Inggris serta membunuh sang raja, yaitu King James.

Akhirnya, dikumpulkanlah orang-orang yang terpercaya dengan visi sama. Pertemuan pertama diadakan pada hari Minggu, 20 Mei 1604, di sebuah tempat di London yang bernama Duck and Drake.

Penyusunan rencana membutuhkan waktu yang cukup lama. Setelah dirasa rencana tersebut matang, maka Fawkes menjadi seorang yang bertugas menjaga 20 drum berisi bubuk mesiu yang ditanam di gorong-gorong di bawah gedung parlemen.

Untuk memasukkan drum demi drum dibutuhkan beberapa hari agar tidak ketahuan penjaga dan orang-orang yang pro Protestan. Setelah semua drum ditempatkan di tunnel bawah gedung parlemen, rencana puncaknya adalah meledakkan semua drum pada tanggal 5 November 1605.

Sayangnya, sebelum rencana berhasil dilakukan, beberapa pasukan kerajaan berhasil menangkap Fawkes di gorong-gorong tersebut beserta barang buktinya. Peristiwa tersebut akhirnya dikenal dengan nama Gunpowder Plot.Sebelum rencana kudeta dengan cara meledakkan gedung parlemen dan membunuh raja sekaligus beberapa orang yang pro kerajaan, Guy Fawkes tertangkap dengan barang buktinya.
Setelah Fawkes tertangkap, otomatis, kelompok yang merencanakan peledakan dan pembunuhan raja tersebut melarikan diri dan berpencar. Dalam masa penangkapan dan interogasi, Fawkes disiksa dan disuruh mengaku serta mengatakan siapa saja orang-orang yang terlibat dalam Gunpowder Plot tersebut.

Awalnya, Fawkes mengaku bahwa namanya adalah John Johnson. Fawkes juga mengatakan bahwa dia melakukan aksi tersebut sendiri tanpa bantuan siapapun. "Aku akan meledakkan semuanya dan mengirim kalian semua ke tempat asalmu," ujar Fawkes seperti yang tertulis di Wikipedia.

Dalam Tower of London atau Menara London, di mana Fawkes ditahan dan disiksa, para pasukan kerajaan tidak serta merta mempercayai apa yang diucapkan Fawkes. Mereka terus memaksa agar dia membeberkan segala sesuatunya.

Mulai dari ditangkap tanggal 5 November sampai dengan tanggal 6 November, Fawkes memberikan pernyataan yang berbelit dan menggunakan bahasa Prancis ketika ditanya.

Akhirnya, Sir William Waad, seorang Letnan penjaga menara yang juga mengawasi penahanan serta penyiksaan Fawkes menemukan secarik kertas yang terdapat tulisan Guido Fawkes yang ditulis oleh Fawkes sendiri.

Dari situlah semua terbongkar, dan mungkin sudah tidak kuat akan kejamnya siksaan, pada tanggal 7 November, Fawkes mulai memberitahukan nama aslinya dan pada tanggal 8 November, dia membeberkan segalanya dengan menggunakan bahasa Inggris.

Dari pernyataan tersebut, orang-orang yang terlibat dalam Gunpowder Plot berhasil ditangkap walaupun tidak semua karena ada beberapa di antaranya yang memutuskan untuk bunuh diri daripada ditangkap dan disiksa pihak kerajaan.
Pada hari Senin tanggal 27 Januari 1606, pengadilan terhadap Fawkes dan beberapa orang yang terlibat diadili. Di pengadilan, Fawkes bersikeras mengatakan bahwa dirinya bersalah, namun keputusan pengadilan mengatakan bahwa dia bersalah dan harus digantung serta nanti tubuhnya harus diceraiberaikan.

Di tanggal yang sudah ditetapkan oleh pengadilan atau tanggal eksekusi, Fawkes dan beberapa orang yang terlibat Gunpowder Plot dibawa ke arah tempat gantungan.

Fawkes adalah orang terakhir yang dieksekusi. Namun, sebelum dia digantung oleh pihak kerajaan, Fawkes memutuskan untuk melompat dari altar gantungan yang tinggi dan sukses mematahkan lehernya.

Guy Fawkes akhirnya meninggal tanpa merasakan sakitnya tiang gantungan. Dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri daripada disiksa oleh pihak kerajaan.

Walaupun banyak yang bersyukur atas gagalnya pembunuhan sang raja dan dibunuhnya para pemberontak, namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa kematian Fawkes dengan cara sendiri menyimbolkan bahwa tidak ada kekuatan (manusia) yang dapat membelenggu kebebasan.
Dari sejarah Guy Fawkes tersebut, beberapa abad setelahnya, ada satu komik strip yang laris di Inggris pada tahun 1982 dengan judul V for Vendetta. Dalam komik tersebut juga menceritakan pergerakan serta penentangan terhadap kekuatan besar (tirani) oleh seseorang yang menggunakan topeng dengan nama Guy Fawkes.

Ide komik tersebut akhirnya dibeli oleh DC Comics dan dicetak dalam bentuk warna serta digambar ulang oleh Alan Moore serta David Lloyd. Popularitas komik tersebut memunculkan banyak topeng-topeng V di pasaran.

Karena popularitas tersebutlah, pada tahun 2006, sebuah film berjudul V for Vendetta yang dibintangi oleh Natalie Portman dan Hugo Weaving sebagai sosok V diputar di bioskop-bioskop dunia.

Awalnya, desain topeng Guy Fawkes tidak seperti yang dapat dilihat seperti sekarang ini. Desain dari topeng tersebut, lebih mirip wajah seseorang yang mencerminkan Guy Fawkes sendiri.

Namun, ketika akan dibuat dalam versi film, pihak produser kesulitan mendapatkan topeng Guy Fawkes tersebut. Akhirnya, Lloyd kembali membuat satu desain berdasarkan desain lama topeng tersebut dengan sentuhan sedikit berbeda dan stylish.

Dalam film yang kembali mengangkat tema perjuangan kaum bawah terhadap tirani dan kekuasan besar yang mencoba menguasai segalanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok termasuk membungkam suara rakyat itu, akhirnya mengikuti popularitas komiknya.

Dari popularitasnya itu, banyak pihak yang mengatakan bahwa (walaupun tidak ada catatan tertulis resmi akan hal ini) topeng Guy Fawkes adalah simbol dari perlawanan masyarakat terhadap tirani.
Di tahun yang sama dirilisnya film V for Vendetta. di Thailand ada sebuah pergolakan anti-pemerintah yang dilakukan oleh Thai Patriotic Front.

Hanya berlangsung sebentar saja, demonstrasi melawan pemerintah meluas. Tidak sedikit dari para demonstran yang menggunakan topeng Guy Fawkes sebagai simbol kampanye melawan rezim Thasin pada saat itu.

Bahkan boleh dikatakan, demonstrasi di Thailand ini adalah pertama kalinya di dunia dalam hal pemakaian topeng Guy Fawkes untuk tujuan menyembunyikan identitas (wajah) dalam aksi demonstrasi.

Dari demonstrasi anti-Thaksin dan pemerintahan Thailand itulah, muncul satu kelompok besar yang terdiri dari banyak elemen di masyarakat bernama People's Alliance for Democracy.

Nampaknya, demonstrasi ini memantik dunia luar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah banyak media mengekspos dan tidak sedikit yang memberikan dukungan, mulailah protes dalam format cyber bergelora.

Banyak serangan-serangan terhadap situs-situs pemerintahan yang dilancarkan oleh banyak peretas baik dari Thailand sendiri maupun dari luar, dan semuanya menggunakan simbol topeng Guy Fawkes.
Sedikit mundur beberapa tahun ke belakang, sebelum penggunaan topeng Guy Fawkes ini meraka sebagai simbol perlawanan anti-tirani, sekitar tahun 2003/2004-an, ada sebuah forum yang bernama 4chan menjadi salah satu tempat nongkrong dari banyak orang termasuk kumpulan hacker dari seluruh dunia.

Dikarenakan banyaknya postingan yang tidak memiliki nama dan avatar, maka administrator forum tersebut mengaktivasi protokol Force-Anon agar semua postingan berganti dan bernama Anonymous.

Dari situlah, cikal bakal berdirinya kelompok hacktivist Anonymous yang mimiliki satu visi yaitu anti-tirani. Dikarenakan simbol perlawanan anti-tirani pada saat itu adalah menggunakan topeng Guy Fawkes, maka sesuai dengan visi dan kesamaan tujuan, secara tidak langsung Anonymous juga menggunakan topeng tersebut sebagai simbol.

Menurut Lloyd ketika diwawancarai oleh IB Times pada tanggal 11 Juni lalu menjelaskan, "Kemungkinan Anonymous menggunakan topeng ini untuk menutupi identitas mereka serta menandakan bahwa Anonymous itu tidak dapat dikategorikan dalam satu nama atau bentuk paten. Anonimitas adalah sesuatu yang 'diketahui' namun 'tidak diketahui'."

Source:  http://www.merdeka.com/teknologi/dari-sebuah-wajah-yang-menjadi-simbol-anti-tirani-7-tekmatis.html
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system

Ad Inside Post