Satu-satunya yang sungguh menakutkan saya selama perang ini adalah kapal selam Jerman. Pendapat ini tak berlebihan meluncur dari mulut Perdana Menteri inggris selama PD II karena antara tahun 1939 – 1945 sekitar 2.000 kapal barang Sekutu menjadi korban keganasan kapal-kapal selam Jerman dan menemui ajal di dasar Samudera Atlantik.
Pertempuran di Atlantik bukanlah pertempuran yang pertama kali dilakukan pada saat Perang Dunia II. Tercatat dalam sejarah bahwa pertempuran di Samudera Atlantik juga pernah dilakukan semasa Perang Dunia Pertama. Dalam PD II, pertempuran Atlantik merupakan pertempuran yang terpanjang dibandingkan pertempuran-pertempuran yang lain. Ini adalah pertempuran antara kapal selam Jerman (U-Boot) melawan kapal-kapal Inggris dan Sekutu, khususnya kapal dagang.
Sebagai negara yang dikelilingi oleh laut, Inggris memerlukan jutaan ton bahan impor per minggu untuk dapat bertahan dan berjuang melawan Jerman. Jutaan ton bahan bakar ini dikirimkan melalui Samudera Atlantik oleh kapal-kapal dagang dan KriegsMarine memiliki tugas untuk memotong jalur perdagangan tersebut.
Jerman memang belum mampu untuk menandingi kekuatan tempur laut Inggris ketika PD II pecah. Namun, berkat kepiawaian Laksmana Karl Doenitz, hanya dengan bermodalkan 57 buah kapal selam, Jerman mampu menimbulkan banyak kerugian di pihak Sekutu. Kesuksesan Jerman di dalam pertempuran ini juga terletak pada keberanian dan kepandaian para komandan kapal selam Jerman yang umumnya berusia muda. Beberapa contoh, selain Gunther Prien yang berhasil mengaramkan kapal tempur Inggris Royal Oak (30.000 ton) di Scapa Flow, tercatat juga nama-nama, seperti Kretschmer, Endrass, Schepke, dan Frauenheim. Kretschmer saja dengan U-99-nya berhasil mengaramkan kira-kira 300.000 ton kapal lawan hingga kemudian tertangkap pada bulan Maret 1941, suatu kerugian yang tidak kecil.
Prioritas target U-Boot adalah kapal dagang
Jangan pernah menganggap apa yang dilakukan kapal selam Jerman dalam menyerang kapal dagang Sekutu adalah tindakan pengecut. Perang tidak melulu mengenai serdadu yang hebat atau canggihnya peralatan tempurnya, tetapi ada satu hal penting yang harus dipikirkan jika perang ingin dimenangkan: perdagangan dan sumber daya alam.
Sumber daya alam memiliki posisi yang strategis dalam peperangan. Dia yang mampu menguasai sumber daya alam lebih banyak dipastikan akan menang. Itulah sebabnya, seabad sebelumnya, pada tahun 1804, Horatio Nelson, seorang admiral Inggris yang menhadi pahlawan nasional dalam PD I, berkata, “Saya memandang perlindungan terhadap perdagangan kita sebagai pengabdian paling penting yang armada kita dapat lakukan terhadap negara.” Apalah daya bagi sebuah negara yang sedang berperang jika sumber daya alam dan perdagangannya terganggu. Ini pula yang menyebabkan kedua belah pihak, baik axis maupun sekutu berusaha untuk menyabotase dan menghancurkan titik-titik strategis tersebut. Lihatlah bagaimana Amerika dengan pesawat-peswat pengebomnya bersusah payah menghancurkan ladang-ladang minyak Jerman di Ploesti, Rumania.
Perang Atlantik, perang rahasia
Ditilik dari sudut kepentingan sekutu, Battle of Atlantik ini tak kurang pentingnya dari Battle of Britain yang berkecamuk di angkasa. Banyak orang hanya memandang pertempuran di udara itu sebagai pertarungan yang menyelamatkan inggris, sehingga pertempuran melawan musuh di bawah permukaan laut di Atlantik ini kurang mendapat penghargaan. Mungkin ini disebabkan karena pertempuran ini berjalan begitu lama. Terlebih lagi setiap kemenangan di laut melawan U-Boot atau jatuhnya kapal-kapal dagang Sekutu tidak disusul dengan berita sensasional di surat-surat kabar.
Churchill dalam sidang rahasia Parlemen pada tanggal 25 Juni 1941 mengatakan sebagai berikut,
“Sesudah bulan Juni 1941, kami menyarankan untuk tidak mengumumkan lagi angka-angka (tonase perkapalan yang tenggelam setiap bulan. Ini terlampau memudahkan musuh untuk mengetahui setiap bulan sampai di mana berbagai macam serangan mereka mencapai sukses atau tidak. Musuh mengetahui angka-angka yang kita umumkan itu benar adanya; angka-angka itu sangat berharga bagi mereka; saya tak ragu-ragu lagi bahwa pimpinan armada Jerman bersedia membayar 100.000 pondsterling setiap bulan untuk mendapatkan keterangan yang kita kumpulkan dengan saksama lalu diumumkan……
Kita harus memperhatikan para awak kapal perang dan kapal dagang kita, jiwa sesama warga negara kita, dan rakyat tanah air kita, yang kini sedang menghadapi perang mati-matian.”
Mengapa muncul pernyataan semacam di atas? Mengapa Churchill begitu sangat takut hanya untuk mengumumkan jumlah kerugian yang didera negara dan sekutunya?
Sejak permulaan perang hingga akhir Desember 1940, negara-negara sekutu dan yang netral telah menderita kerugian “kira-kira lima juta ton perkapalan yang ditenggelamkan oleh segala macam senjata”. Lebih lanjut dalam pidato rahasianya tertanggal 25 Juni 1941, Churchill mengaku bahwa “kerugian kita dan sekutu selama beberapa bulan ini sangat serius. Selama 12 bulan terakhir ini kerugian itu sampai 4,6 juta ton.” (bayangkan apabila data-data tersebut tersebar melalui media massa, kepanikan besar akan terjadi di dalam masyarakat.)
Akan tetapi, mungkin masih sulit bagi kita untuk membayangkan angka-angka tersebut. Jika dapat diambil sebuah ilustrasi, suatu waktu dalam perang ini, Amerika kehilangan setiap bulan ratusan ribu ton perkapalan dagang sebagai korban kapal selam Jerman yang bergerak di pantai Amerika bagian Atlantik, hal ini sama saja dengan suatu bencana nasional ketika para sabortir berhasil menghancurkan setengah lusin pabrik senjata Amerika yang paling besar. Bila sebuah kapal selam berhasil menghancurkan dua kapal dagang yang beratnya 6000 ton dan satu kapal pengangkut minyak yang beratnya 3000 ton, ini berarti sekutu sama saja kehilangan 42 tank, 8 meriam howitzer 6 inci, 88 meriam 25 pond, 40 meriam dua pond, 24 mobil lapis baja, 50 bren carrier, 5210 buah peluru meriam, 600 pucuk senapan, 428 ton keperluan tank, 2000 ton bahan makanan, dan 1000 drum bensin. Bahkan, operasi ini akan 3000 kali lebih efektif apabila dibandingkan dengan operasi pengeboman melalui udara.
Ditilik melalui kekuatan, selama PD II, tercatat Kriegsmarine memiliki lebih dari 1.100 unit U-Boot. Dari jumlah itu, sekitar 458 unit tenggelam, sedangkan korban yang jatuh di pihak Sekutu akibat serangan U-Boot di seluruh penjuru dunia mencapai lebih dari sepuluh juta ton.
Sungguh suatu operasi pertempuran yang benar-benar efektif. Salut kepada Kriegsmarine.
sumber: https://tentangnazi.wordpress.com/2013/01/02/secuil-kisah-tentang-efektivitas-battle-of-atlantik-1-september-1939-6-juni-1944/
0 komentar:
Posting Komentar