Backpacker, tentu tidak asing lagi untuk kalian para
traveler, yaps.. backpacker merupakan perjalanan liburan yang asik dan irit
yang hanya bermodalkan ransel. Berlibur dan bertualang bermodal ransel bisa
menjadi pengalaman menantang. Peralatan, keamanan dan kondisi ala backpacker
berbeda dari sekadar mengikuti paket wisata saja.
Kali Ini saya akan
menceritakan pengalaman saya dan teman-teman ketika berbackpackeran ke Pulau Tunda, Serang Banten. Pulau Tunda merupakan sebuah pulau terpencil yang terletak di Laut Jawa, yakni di
sebelah utara Teluk Banten. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam
wilayah Kabupaten Serang, Banten yang memiliki luas sekitar 300 hektare.
Langsung saja ya,
dengan seluruh perhitungan dan perbekalan yang telah di rencanakan sebelumnya saya
dengan 10 teman saya memulai pemberangkatan dari Jatinangor, Sumedang. Untuk
kendaraan pertama kami, kami berangkat memakai
damri dengan jurusan Elang-Jatinangor dan berhenti di Terminal Leuwi Panjang,
disana kami naik bus Arimbi dengan jurusan Merak – Bandung dengan melakukan
negosiasi harga terlebih dahulu. Untuk catatan, biasanya jika yang naik bus
rombongan, harga selalu diturunkan. Kami berangkat sekitar pukul 16.00 dan Perjalan
memakan waktu 8 jam untuk sampai Terminal Merak.
Pukul
23.00,akhirnya kami tiba di Terminal Merak, Banten dan dari sana kami carter
angkot menuju Pelabuhan Karang Antu. Setiba di Pelabuhan Karang Antu, kami
memutuskan untuk beristirahat dan bermalam disana terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perjalanan mengingat keadaan kami dan waktu yang tidak memungkinan.
Kami mencari sebuah masjid untuk dijadikan tempat peristirahat kami. Namun,
nasib baik memang selalu berpihak, kami ditawarkan oleh ibu dan bapak tukang
warung disana untuk menginap secara cuma-cuma di rumahnya. Allhamdulilah,
terimakasih untuk ibu dan bapak yang baik, semoga menjadi berkah:)
Singkat cerita, pukul 09.00 kami memulai
pemberangkatan kami dengan naik kapal yang sudah disewa sebelumnya. Setelah
kurang lebih 2-3 jam terombang-ambing dilautan lepas,terpana dengan seratus
juta keindahan warna-warninya lautan, tersihir dengan pemandangan sekitar, dan
terperangkap pada imajinasi kami masing-masing akhirnya tibalah kami di Pulau
Tunda, Surga Dunia yang tersembunyi.
Layaknya
wisatawan lainya, kami disambut oleh cerahnya langit utara teluk Banten, lambaian
nyiur, jernihnya air laut, kapal-kapal besar, senyum hangat warga sekitar dan
seteko air es. hehee.. Kami tinggal di sebuah rumah yang menjadi guide tour kami,Mas
Firman dengan segala keramahan dan kebaikannya selama kami disana.
Seperti yang diceritakan
oleh seorang penduduk asli Pulau Tunda, Pulau
Tunda memiliki jumlah penduduk kurang dari 3000 orang. Sebagian penduduk yang
tinggal di Pulau Tunda adalah orang-orang yang merantau, sedikit orang yang asli
orang Pulau Tunda Sendiri. Di Pulau Tunda mata pencarian utama mengandalkan
penghasilan laut karenanya hampir seluruh warga Pulau Tunda merupakan nelayan.
Keadaan geografis di Pulau Tunda dikelilingi oleh lautan dengan hutan yang
lebih banyak dibanding dengan pemukiman warga, masih sangat sedikit sekali
rumah warga yang dibangun disana. Disana terdapat sekolah satu atap untuk SD
dan SMP, sedangkan untuk melanjutkan ke SMA mereka harus menyebrangi lautan terlebih
dahulu dulu.
Disana sebagian besar
penduduk Pulau Tunda berternak kambing. Kambing dibiarkan berlalu-lalang
kesana-kemari seharian penuh. Sehingga jangan aneh ketika kita menjelajahi
Pulau Tunda kita akan bertemu dengan kambing dimana-mana. Untuk sebuah Pulau
terpencil tentunya, tenaga listrik pun susah untuk di dapatkan, penduduk disana
menggunakan listrik tenaga surya untuk penerangan lainnya.
Warga di Pulau Tunda
sendiri sudah tidak asing dengan para wisatawan yang hampir tiap harinya selalu
berkunjung kesana. Mereka menyambut baik kedatangan para wisatawan termasuk
kami, mereka menyambut kami dengan senyum ramah orang Indonesia.Namun, sangat
disayangkan sekali disana terdapat banyak sampah di pesisir pantai, hal itu
disebabkan mungkin karena orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuang sampah
dilaut sehingga terbawa ombak sampai ke pesisir pantai, dan menjadikan banyak
sampah.
Pulau Tunda memiliki
pantai pasir putih dengan luas yang sedikit, pasirnya berbaur dengan
kerang-kerang kecil. Nanum, air laut disana benar-benar jernih dan masih
terlihat memang Pulau ini masih belum terjamah orang-orang. Dengan berteduh
dibawah pohon mangrove kita bisa menikmati keindahan birunya pantai Pulau Tunda
dan kapal-kapal yang merayap-rayap di tengah laut sana.
Ini
dia, Pulau Tunda terkenal dengan surga dunianya bawah laut. Pulau Tunda
memiliki keindahan bawah laut yang sangat super luar biasa dan masih alami.
Pulau Tunda dikelilingi dengan terumbu karang yang sangat beragam, umumnya
banyak di temui karang dengan tipe Pertumbuhan Karang Tepi atau Fringing Reef.
Terumbu
luasan terumbu karang di Pulau Tunda banyak terdapat di bagian utara, hal ini
karena bagian selatan banyak aktivitas manusia. Sedangkan di bagian timur
hingga tenggara Pulau Tunda memiliki kondisi arus yang cukup besar sehingga di
bagian timur hingga tenggara Pulau Tunda terkenal dengan Drift Diving-nya.
Pohon Mangrove juga ditemukan cukup padat di bagian selatan hingga timur.
Karena Pulau tunda memiliki keindahan bawah lautnya masih alami, maka banyak
terdapat spot-spot snorkeling dan Diving.
Selain
snorkeling dan diving, di Pulau Tunda juga kita bisa bertemu lumba-lumba untuk
melihat lompatan dan liukannya yang indah. Karena menurut cerita, pulau ini
merupakan lintasan lumba-lumba. Jadi kemungkinan besar bertemu lumba-lumba itu
sangat besar. Untuk catatan bawa biskuit ya jika mau ngasih makan lumba-lumba.
Urusan dimakan atau tidak ya bawa saja :D
Sedikit
cerita, setelah kami beristirahat sebentar, ke lima teman kami yang lain
melakukan snorkeling ke pantai selatan dan utara Pulau Tunda, sedangkan saya dan
keempat tempat lainnya berjalan-jalan ke
pesisir pantai. Sehingga kami memutuskan untuk berburu hamparan luas pasir
putih dan sunset di Barat sana. Perjalanan yang tak tentu berhenti dimana ini, akhirnya
berhenti di sebuah pohon dan sebuah vila yang dijaga oleh seorang Bapak-bapak
yang merantaui dari Jakarta. Kami berbincang-bincang dan disuguhi air kelapa muda
yang langsung diambil dari pohonnya. Terimakasih pak :) Setelah magrib, kami
pulang kembali dan tanpa sadar ternyata kami berjalan sangat dan sangat jauh..
Pagi,
saya lancang berjalan-jalan ke dermaga sendirian, bertemu dan berkenalan dengan
wisatawan-wisatawan dari Jakarta. Kita mengobrol sebentar dan saya melanjutkan
untuk jalan-jalan kembali.
Duduk
di sebuah saung kecil yang berada di ujung jalan dermaga, memandang laut bebas
dan merah tejanya sunrise. Saya tak bisa berkata, imajinasi saya terlalu liar,
damai yang saya rasakan saat itu tidak terukur lewat kata-kata.
0 komentar:
Posting Komentar