Orang Indonesia Yang di Kamp Konsentrasi Nazi




Parlindoengan Loebis (1910-1994), seorang dokter, dalam otobiografinya, Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi, bercerita soal kengerian yang dirasakan selama masa penahanan. Ketua Perhimpoenan Indonesia Belanda periode 1936-1940 ini diciduk tentara Nazi pada akhir Juni 1941. Pada era itu, Perhimpunan Indonesia di Belanda gencar melawan fasisme Jerman.

Jerman dalam sejarah penaklukannya di beberapa negara di Eropa mempunyai beberapa kamp konsentrasi penahanan. Kamp ini dibuat untuk menahan musuh-musuh politik yang ideologinya bertentangan dengan Nazi.

Adalah Buchenwald yang merupakan satu di antara kamp konsentrasi utama di Jerman. Sejak 1933, Nazi mulai membangun kamp-kamp konsentrasi kecil, sebagian besar terletak di sekitar Berlin. Tempat yang digunakan adalah bekas tangsi militer, pabrik yang sudah ditinggalkan, bekas gudang, dan bekas istana kuno. Puluhan kamp itu digunakan Nazi untuk menyekap lawan-lawan politiknya. Khususnya orang komunis, juga yang dicap komunis.

Kamp Buchenwald mulai dibangun pada musim panas 1937. Buchenwald, sekitar 300 kilometer dari Frankfurt, merupakan kawasan hutan di kaki bukit Ettersberg, Wiemar, Jerman Tengah. Selama berabad-abad Wiemar dikenal sebagai kota budaya. Di kota itulah pujangga Wolfgang van Goethe dan komponis Johann Sebastian Bach bermukim.

Awalnya, Buchenwald digunakan sebagai tempat menahan lawan-lawan politik Nazi. Namun belakangan, kaum Yahudi, gipsi, homoseksual, dan residivis dijebloskan ke kamp konsentrasi itu. Paling tidak, sekitar 250 ribu orang dari berbagai negara pernah ditahan di kamp itu hingga berakhirnya Perang Dunia II.

Pada 1944, sebagian kamp Buchenwald hancur ketika pasukan Sekutu membombardir dari udara. Kini, sebagian besar bangunan kamp konsentrasi itu telah rata dengan tanah. Yang masih tersisa, beberapa bangunan sebagai ruang koleksi peninggalan. Di bangunan krematorium, yang terletak sejajar dengan barak tawanan, terdapat enam tungku pembakaran mayat. Di salah satu sudut ruangan terdapat kamar penyimpanan abu jenazah, dan sebuah ruang bawah tanah yang dulu berfungsi untuk menumpuk mayat.

Kamp konsentrasi Buchenwald kini telah menjadi obyek wisata sejarah. Dibuka untuk umum setiap hari, kecuali Senin. Begitu juga dengan sepuluh bekas kamp konsentrasi lain di Jerman yang dijadikan museum. Antara lain, kamp Dacau, kamp Neuengamme di Hamburg, dan kamp Sachenhausen-Oranienburg dekat Berlin.
sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/12/13/078628247/Dokter-Indonesia-Ini-Diciduk-oleh-Tentara-Nazi
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system

Ad Inside Post